Panduan Memilih Pemimpin dalam Perspektif Islam
Mendekati pesta demokrasi, makin banyak tokoh merasa terkenal, pasang foto dimana-mana, merasa jadi sahabat semua kalangan, merasa mampu jadi pemimpin, dan sebagainya. Padahal sebagian besar, yaaa, tahu sendiri laah, cuma modal pepesan kosong. Rakyat pun makin bingung, siapa yang harus dipilih untuk mewakili suaranya di Senayan nanti. Memang sulit cari figur pemimpin atau wakil rakyat yang tepat sekarang ini, karena reputasi mereka susah diketahui kebenarannya. Kebanyakan sudah memiliki skuadpencitraan sendiri-sendiri sehingga mengaburkan fakta yang ada. Repot kan, belum jadi pemimpin saja sudah membohongi rakyat? Gimana kalo udah jadi pemimpin ntar???
Terkait dengan kepemimpinan, Islam menggunakan istilah 'waly' atau jamaknya 'awliya' yang bermakna pemimpin, pelindung, pengayom, kawan dekat. Lebih lanjut, bagi kita umat Islam, sebenarnya sudah ada panduan yang jelas dalam Al-Qur'an dan hadits mengenai kriteria seorang pemimpin, terlebih di negara kita yang mayoritas penduduknya muslim. Karena dalam Islam, memilih pemimpin juga merupakan bagian dalam kehidupan beragama. Logika sederhananya, kalau kita umat beragama, harusnya dipimpin oleh pemimpin yang beragama pula kan? Tentu utama yang baik agamanya dibandingkan dengan umat yang akan dipimpin nantinya agar bisa membawa umatnya menjadi lebih baik (dalam segala bidang tentunya).
Jangan sampai kita (umat Islam) salah memilih tokoh yang nantinya malah berdampak buruk bagi ummat. Memilih pemimpin bukanlah sekedar berdasarkan popularitasnya, sukunya, penampilannya, atau hal-hal duniawi lainnya.
Dari beberapa ceramah yang penulis ikuti (termasuk dari Ustadz Daud Rasyid siang tadi di masjid kantor), ada beberapa kriteria penting bagi seorang tokoh untuk dijadikan pemimpin, yaitu:
- Islam dan memiliki ilmu yang mumpuni dalam keislaman
- mampu, dalam hal kualifikasi yang dibutuhkan dalam menjadi pemimpin
- amanah dalam menjalankan tugasnya
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat An Nisa ayat 144:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-141-147.html#sthash.1uyykwRH.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-141-147.html#sthash.1uyykwRH.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-141-147.html#sthash.1uyykwRH.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-141-147.html#sthash.1uyykwRH.dpuf
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?"
Sementara bagi umat muslim, ada beberapa kriteria yang tidak boleh dipilih sebagai pemimpin dalam konteks apapun, yakni:
- kafir, termasuk berbagai aliran sesat
- muslim, namun memiliki ideologi sekuler, tidak memihak kepada kaum muslimin, apalagi yang jelas-jelas memihak kaum kafir
Tentu sebagian masyarakat akan mengatakan bahwa hal ini rasis, tidak toleran, dan berbagai alasan lainnya yang membolehkan memilih pimpinan dari dua golongan tersebut. Namun, segala logika tadi, dibantah oleh Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 51 dan 57:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. "
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman."
Oke, masih mau berargumen lagi setelah larangan yang sangat jelas dari Allah? Ditambah lagi, logikanya, ketika pemimpin itu berasal dari satu golongan, maka dia akan berusaha meningkatkan keuntungan bagi golongannya tersebut. Memberi kesempatan kaum kafir berkuasa, sama saja dengan berperan dalam mendorong kemunduran umat Islam. Dengan pimpinan yang nggak muslim, nggak akan ada lagi aturan halal-haram, terlebih jika penguasa itu di-back up oleh kaum kapitalis. Pikirannya cuma gimana caranya balik modal, nggak ada sedikitpun mikirin rakyat kecil.
Mungkin masih akan ada yang berargumen bahwa terpaksa memilih pemimpin dari dua golongan tadi, mereka penguasa modal, berkuasa, dan mengancam, dan berbagai alasan lainnya. Silahkan saja, namun Allah pun telah memperingatkan kepada golongan seperti itu, dan memberi label munafik kepada mereka. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 52:
"Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka."
Nah lo, mau mendapat label munafik?? Kalau mau, ya silahkan. yang jelas sih Allah sudah menjanjikan 'hadiah' bagi para orang munafik yang mengambil pemimpin dari golongan tadi. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 138-139:
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah."
Nah, dengan segala penjelasan yang sudah gamblang tersebut, maka sungguh tak pantas bagi kita kalau masih 'ngeyel' untuk tidak memilih -bahkan mencemooh- pimpinan dari golongan kita sendiri. Pilihlah muslim yang taat, cakap (bukan cakep) dan amanah dalam menjalankan tugasnya.
Tapi kan, susah cari yang memenuhi kriteria itu, mungkin begitu keluhan sebagian dari kita. Memang sih, susah banget mencari calon pemimpin yang memenuhi ketiga kriteria tersebut. Namun sesuai kaidah fiqih,
القاعدة العشرون: إذا تعارض ضرران دفع أخفهما
Idhaa ta’aarodho dhororooni daf’u akhfahuma (Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan).
Dan dari qaidah ini ada qaidah lain yang berhubungan dengan qaidah ini yang di katakan oleh jumhur ahli usul yaitu: “dar ul mafasidi muqodamun ‘ala jalbil masholihi” (menolak mudharat lebih di utamakan dari pada mengambil faedah).
Ini bisa digunakan jika masih ada yang berdalih daripada muslim tapi nggak mampu, mending nonmuslim tapi mampu jadi pemimpin kan. Tentu saja dari segi logika duniawi saja, ini bisa diterima. Namun kan sudah dijelaskan di atas, bahwa memilih pemimpin bukan dari golongan Islam, ancamannya tuh sampe akhirat Guys . . . Masih mau menerima risiko bonyok dunia akhirat? Kalo aku sih, no . . .
Ini bisa digunakan jika masih ada yang berdalih daripada muslim tapi nggak mampu, mending nonmuslim tapi mampu jadi pemimpin kan. Tentu saja dari segi logika duniawi saja, ini bisa diterima. Namun kan sudah dijelaskan di atas, bahwa memilih pemimpin bukan dari golongan Islam, ancamannya tuh sampe akhirat Guys . . . Masih mau menerima risiko bonyok dunia akhirat? Kalo aku sih, no . . .
Intinya pinter-pinternya kita sebagai calon pemilih sih, dalam mencari informasi mengenai para calon wakil rakyat dan calon presiden nantinya. Pilih sesuai kriteria Islam, agar umat Islam kembali bangkit dan berjaya. Insya Allah jika pimpinannya konsisten dalam keislamannya 9demikian pula dengan rakyatnya), negara makmur, rakyat akur, bukan maalh semakin ancur. Karena Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam, bukan rahmat bagi satu golongan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar